Letters That Were Never Sent (Part 2)

Ditulis di Tangerang, 24 Februari 2023



Halo Gallivanter!


Sudah hampir 4 bulan sejak saya menulis ucapan ulang tahunmu, tetapi The Alchemist masih setia bertandang di rak buku kamar saya, seakan meronta-ronta ingin diserahkan kepada pemilik yang seharusnya. Tak terhitung berapa kali saya membaca ulang tulisan saya, mengambil buku itu dan memasukkan nya ke dalam tas, lalu mengeluarkannya dan meletakkannya kembali ke dalam rak. Kadang saya bingung, terlalu banyak hal-hal kontradiktif dalam diri saya. Seperti mengapa saya bisa berani membantah perintah orang tua tetapi takut memberikan hadiah kepada kamu saja?


Ada hal yang menarik beberapa bulan ini, jika kamu membaca tulisan saya sebelumnya (yang mungkin juga tidak akan pernah kamu baca, karena saya terlalu takut menyampaikannya), ternyata ramalan itu benar terwujud. Mungkin kamu tidak menyadarinya, tetapi banyak orang datang menemui saya untuk berolahraga bersama. Terima kasih Rai! Saya berdoa semoga suatu saat kamu mau menyaksikannya langsung!


Omong-omong selamat, kamu akan bertemu Alex Turner!


Mungkin Arctic Monkeys adalah satu-satunya hal yang sama-sama kita sukai. Karena yang tersisa dari diri saya hanya hal-hal monoton dan tidak asyik. Hari ini saya pergi ke mal besar dekat rumah dan menemukan sebuah booth merchandise di tengah-tengah lantai dasar. Dan tentu saja pasti kamu sudah bisa menebak yang terjadi setelahnya. Kaos dengan sablon album terbaru Arctic Monkeys seakan memanggil-manggil meminta untuk dipindahtangankan. Memang, hal pertama yang ada di benak saya ketika melihat gambar mobil putih terparkir di rooftop sebuah gedung adalah “Pasti ini salah satu album kesukaan Rai”.


Sebegitu yakinnya saya bahwa kita adalah dua manusia dengan dunia berbeda, sehingga saya mampu menyimpulkan bahwa saya terlalu Favourite Worst Nightmare jika dibandingkan dengan kamu yang Tranquility Base Hotel & Casino. Saya pernah merasa nyawa Arctic Monkeys hilang setelah AM dan era TBHC hanya dapat disebut sebagai album “Alex Turner dan teman-temannya” karena sepertinya lebih cocok menjadi album dari TLSP. Namun, entah kenapa saya benar-benar yakin TBHC dan The Car adalah album favorit kamu. Entahlah.


Dan jadilah, sore itu saya menggesek kartu saya dan membawa pulang kaos Arctic Monkeys ke rumah, dengan rencana untuk memberikannya kepadamu sebelum Alex dan James menginjakkan kaki di Bandara Soekarno-Hatta. Kalau saat ini, keyakinan saya lebih tinggi dari sebelumnya, bahwa kamu belum memilikinya dan dengan bangga akan mengenakannya ke tempat kerjamu. Namun, siapa yang tahu? Meskipun kemungkinannya 98% tetapi masih ada 2% sisanya: bisa saja kamu telah memiliki kaos Arctic Monkeys yang sama, bahkan untuk seluruh albumnya.


Saya tidak tahu persis ukuran badanmu, tapi saya anggap tebakan saya cukup.

Semoga kamu suka dengan kaosnya dan konsernya!


:)

Popular posts from this blog

Letters That Were Never Sent (Part 3)

Letters That Were Never Sent (Part 1)