Posts

Showing posts from December, 2017

Aku dan Ponselnya

Aku yakin ia memegang ponselnya seharian. Meskipun katanya sangat sibuk hingga tak sempat makan. Aku yakin setiap ada chat masuk, ponsel miliknya akan berbunyi. Meskipun katanya notifikasi pesan miliknya tidak berfungsi. Aku yakin ia sadar ketika pop-up bertuliskan namaku muncul di atas. Meskipun katanya pesanku tertimbun oleh grup dan broadcast OA tidak jelas. Aku takkan salahkan dia yang beralasan. Bukankah memang itu resikonya ketika kita menaruh harapan? Harapan pada seseorang yang membuat kita membalas pesannya cepat, ketika ia membacanya saja kalau sempat. —Lian "Pahamilah bahwa rumahmu itu ditinggali banyak orang, bukan hanya kamu seorang."

Prespektif

1. "Aku mau beli es krim mcd" "Aku tebak, mc flurry choco oreo?" Senyumku langsung merekah ketika ia menyebutkan salah satu varian rasa es krim terenak itu. Bagaimana mungkin ia tahu kesukaanku? 2. "Awas hati-hati! Sini tanganmu!" "Tidak usah, aku bisa sendiri" Padahal tangga itu tampak mudah untuk dinaiki, mengapa ia memaksa memegang tanganku? 3. "Ayo kamu makan! Mau aku pesankan?" "Tidak, aku belum lapar" Aku berpura-pura batuk untuk menyembunyikan senyumku. Benarkah dia baru saja menyuruhku untuk makan? 4. "Aku ngga mau jalan sebelum safety belt-mu dipakai." "Iya" Lalu, kutengokkan kepalaku ke arah jendela mobil. Padahal, kami hanya akan pergi ke minimarket depan. Apa yang membuat ia begitu perhatian? 5. "Jangan terlalu capek, nanti kamu sakit!" "Iya" Tangannya langsung melingkar di pundakku, setelah sebelumnya mengacak-acak rambutku. Apakah ia tengah

Nanti

Empat bulan lalu aku tersadar dengan badan penuh lebam Mereka bilang aku berteriak tanpa ampun semalam Memaksa mereka harus menahan tubuhku dengan tangan-tangan Agar aku berhenti dan tidak melawan Satu bulan lalu aku tersadar dengan tangan penuh darah Mereka bilang aku menyayat nadi dengan penuh amarah Membuat aku harus pergi ke luar menggunakan lengan panjang Agar penutup lukanya tak kasat oleh mata orang-orang Tiga minggu lalu aku tersadar dengan kaki yang hampir patah Mereka bilang aku melompat dari tebing ke dataran yang lebih rendah Membuat mereka harus ikut turun ke jurang Berguling menarikku yang tak berhenti menyerang Lima hari lalu aku tersadar dengan muka yang pucat pasi Mereka bilang aku baru saja menempuh 10 kilometer dengan berjalan kaki Untuk mencari letak tempat yang kukunjungi setiap hari Membuat mereka harus membantuku untuk mengingat-ingat Segala hal yang sejatinya sudah melekat Dalam jasad ini hidup dua jiwa berdampingan Dengan prespektif yang be