The Unspoken Words

Tuk tuk.

Aku mengetuk layar tabletku dua kali.

Tiba-tiba muncul wajahnya yang sedang tersenyum jahil dalam tampilan aplikasi video call. Lalu tidak sampai tiga detik, suara khasnya terdengar membuka percakapan.

"Halo!"

'Hai, Ferdinan Barasa.'

"Oh yang benar saja! Berhentilah merengut seperti itu, kau sangat jelek."

'Aku kesal hari ini.'

Tawanya yang ramah dan hangat itu kemudian memenuhi seluruh ruang di telingaku.

"Baiklah aku minta maaf. Yah, walaupun aku sudah melakukannya tadi, tapi sekali lagi maafkan aku ya?"

'Iya. Aku sudah memaafkanmu berkali-kali.'

"Jadi, bagaimana harimu?"

'Aku kesal pada orang-orang yang merekam vokalis yang sedang bernyanyi saat menyaksikan konser secara langsung. Apalagi hanya untuk di upload di Instagram Story. Maksudku, jika pada akhirnya mereka tetap menonton dari layar ponsel, untuk apa mereka datang kesana? Bukankah sama saja dengan melihat video klipnya di Youtube?'

Kemudian aku mendengar suara tawanya sekali lagi. Kali ini dalam versi dua kali lebih keras, karena ia terbahak-bahak sampai hampir tersedak.

"Jadi kamu masih kesal? Dasar manusia kurang piknik! Harusnya kamu ikut aku besok. Ayolah, tiket nya masih tersedia. Mau aku pesankan?"

Aku menatap wajahnya di layar lekat-lekat, sebelum akhirnya terdiam mendengarkan debar jantungku sendiri.

"Halooo? Tidak mau bicara denganku?"

"Aku berjanji akan membelikan seluruh titipanmu nanti. Tote bag hitam dengan tulisan kota Kuala Lumpur, case hp Iron Man, tempat pensil dari Typo, sudah kan?"

'Aku mau ikut kamu.'

"Baiklah, aku mau packing dulu. Sampai jumpa besok di bandara! Jangan lupa take off nya jam 10 ya! Pastikan kau tepat waktu."

'Iya.'

"Selamat tidur, tukang ngambek."

"Dan matikan aplikasi video capturing-mu itu, kalau baterai tabletmu tak mau cepat habis!"

'Justru inilah yang menolongku, bodoh'

Aku mengetuk tanda X di pojok kanan atas layar tablet dengan air mata yang mengucur deras.

Sayup-sayup terdengar suara pembaca berita dari televisi di ruang tengah:

``Jumlah korban yang masih dinyatakan hilang dalam kecelakaan pesawat Cathatina Air dari Jakarta tujuan Kuala Lumpur dua hari lalu adalah 50 orang. Diantaranya Lina Amalia, Hafiz Aditya, Ferdinan Barasa, ...``

—Lian
"Seharusnya aku tidak semarah itu, kalau aku tau kue cokelat milikku yang kau habiskan adalah kado terakhir yang dapat kuberikan."

Popular posts from this blog

Letters That Were Never Sent (Part 3)

Letters That Were Never Sent (Part 1)

Laporan Pertanggungjawaban: Edukasi Korupsi Sejak Dini?