Kemana KBMT?

Keluarga Besar Mahasiswa Teknik.

Dalam prespektif seorang Putri Rahayu, pemberian label tersebut, dapat dikatakan sebagai penyematan “tanggung jawab” yang harus diemban oleh saya dan teman-teman setidak-tidaknya sampai dengan akhir masa studi.

Nah, tanggung jawab yang seperti apa?

Jawabannya tidak perlu muluk-muluk! Ya, “tanggung jawab” ini mungkin sering diartikan sebagai pola sikap kita, Mahasiswa Teknik untuk berkontribusi dalam setiap program kerja atau kegiatan, membangun dan mempertahankan rasa kekeluargaan, membawa nama baik Fakultas Teknik, dan sederet hal-hal klise lainnya. Memang, saya tidak bilang bahwa semua itu salah. Namun, terkadang kita lupa bentuk “tanggung jawab” kita yang paling kecil sebagai KBMT adalah untuk membuka diri kepada hal-hal yang mendukung berjalannya kehidupan dalam KBMT dan peka terhadap informasi.

Hidup dalam dunia perkuliahan, membuat kita, mahasiswa pada akhirnya memilih jalannya masing-masing. Premis ini dapat dibuktikan dengan sedikit contoh kecil; Untuk kita yang telah berada di semester tua, apakah teman-teman terdekat kita sekarang masih sama persis, tidak berkurang atau bertambah, dengan teman-teman terdekat kita saat tahun pertama menginjakkan kaki di universitas kita tercinta? Saya rasa kita sudah tahu jawabannya.

Memang tidak seperti dalam bangku sekolah menengah, sebagai mahasiswa kita dapat memilih apa yang akan kita kembangkan selama menimba ilmu di perguruan tinggi. Ada yang lebih suka untuk berorganisasi, tetapi ada pula yang giat dalam mengikuti lomba-lomba ilmiah. Ada lagi yang suka bernyanyi dan bermain alat musik, dan ada pula yang lebih suka bermain bola basket atau sepak bola. Ada yang sering titip absen karena terlalu sibuk meraih puncak-puncak tertinggi di Pulau Jawa, ada pula yang tidak pernah absen masuk kelas dan selalu menjadi yang pertama saat mengumpulkan tugas dosen. Kita semua berbeda, dengan kesibukan dan pilihannya masing-masing, tetapi efek dari terciptanya karya-karya dari masing-masing pilihan itu tetap sama, yakni untuk Fakultas Teknik.

Tiga tahun hidup di Bumi Teknik, saya dapat menyimpulkan fenomena yang kerapkali terjadi dalam keheterogenan ini adalah: ketidakterbukaan KBMT pada hal-hal yang dianggap tidak menyangkut “pilihannya”. Ketidakterbukaan yang saya maksudkan disini bukan hanya kontribusi aktif dan nyata seperti kehadiran atau keikutsertaan, bahkan sekedar mengetahui informasi saja ada yang enggan!

Beberapa hari lalu, dalam suatu acara di Fakultas Teknik, ada seorang mahasiswa yang TIDAK MENGETAHUI nama Koordinator BEM Teknik Periode 2016/2017.

Sekitar sebulan yang lalu, dalam Lomba Teater Antar Fakultas Se-Universitas. Teater Fakultas Teknik, Teater SAAT, TIDAK MEMENANGKAN NOMINASI TERFAVORIT PENONTON, yang dihitung dari banyaknya voting penonton. Dengan kenyataan bahwa Fakultas Teknik merupakan Fakultas dengan MAHASISWA TERBANYAK se-Universitas.

5 dari 10 orang KBMT TIDAK MENGETAHUI bahwa Tim Robot Jurusan Teknik Elektro mewakili Regional IV untuk berlomba lagi ke Kontes Robot Indonesia Tingkat Nasional.

Penonton dari Fakultas Teknik saat teman-teman dari Kontingen Futsal berlaga dalam ajang Piala Futsal di Lapangan Zona SM, di luar jam kerja, dengan tiket gratis, HANYA DUA ORANG.

8 dari 10 orang KBMT MASIH MENYEBUT Komunitas Tari Tradisional Teknik sebagai “GFT”. Padahal, GFT atau Gebyar Festival Tari merupakan NAMA ACARA tahunan yang diselenggarakan oleh UKM UNITANTRI.

Lalu, pantaskah saya bertanya kemanakah Keluarga Besar Mahasiswa Teknik yang saya banggakan? Apakah memang pada hakikatnya KBMT akan selalu terkotak-kotakkan oleh pilihan-pilihan yang diambil oleh masing-masing anggotanya? Apakah jargon kebanggaan kita hanya bergema dalam acara-acara tertentu saja?

Bagi yang suka futsal dan basket, silahkan datang ke GOR Pertamina untuk menyaksikan BFL dan FBL!

Bagi yang suka seni teater, homeband, dan tari, silahkan datang ke FESTAWIJAYA, KHARISMA, dan GFT!

Bagi yang suka pengetahuan-pengetahuan ilmiah, silahkan datang ke Kuliah Tamu!

Bagi yang suka bergelut dalam riset dan teknologi, silahkan ikuti lomba KJI, KBAI, KMHE, KRI, dan lain-lainnya!

Apakah akan selalu seperti itu?
Hanya mendukung apa yang kita kira harus didukung?
Menyemangati apa yang kita kira pantas disemangati?

Saya memang tidak bisa menyamakan pikiran 3000 kepala yang hidup dan berkembang di Fakultas Teknik. Apalagi kepala-kepala dengan karakter pengkritik sistem alias “komentator-ulung-tetapi-memilih-kabur”. Saya tidak bermaksud untuk memaksa teman-teman untuk berpartisipasi secara aktif melalui presensi maupun keikutsertaan pada pilihan-pilihan yang tidak teman-teman sukai. Namun, jika setelah membaca tulisan ini teman-teman agak sedikit “tersadar”, dan mulai membuka diri saya yakin tidak ada pihak yang akan dirugikan. Bahkan, semua pihak akan merasa diuntungkan.

Nah, jika teman-teman masih tidak tergerak untuk berpartisipasi secara aktif, ambil bagianlah secara pasif. Seminimal-minimalnya, pekalah terhadap informasi. Kenali lingkunganmu, Dewan Teknik, Ketua Himpunan-Himpunan, acara-acara yang akan datang, Kontingen Lomba, LSO Mahasiswa, dan sebagainya. Jangan hanya menerima perbedaan, tetapi dukunglah perbedaan itu! Karena itulah yang akan membuat Teknik menjadi satu yang tidak semu!

Ditulis setelah melihat foto Tribun Penuh.
Putri Rahayu
Jakarta, 13 Mei 2017

Popular posts from this blog

Letters That Were Never Sent (Part 3)

Letters That Were Never Sent (Part 1)

Laporan Pertanggungjawaban: Edukasi Korupsi Sejak Dini?