Aku Tidak Pernah Menangis
Aku tidak pernah menangis. Mungkin sekali, sewaktu aku baru saja terbebas dari rahim ibuku dan hendak menghirup oksigen di bumi untuk pertama kalinya. Namun, aku dapat menjamin setelah hari itu aku tidak pernah, dan tidak akan pernah menangis. Lagipula, hal seperti apa yang dapat membuat seorang dengan kehidupan sepertiku meneteskan air mata? Tetapi, nyatanya kalimat-kalimat di atas tidak lagi berlaku. Tidak, sampai aku melihat kabut pada kedua matamu kala itu. Saat kau berusaha untuk tertawa, sambil menyembunyikan lebam di lengan kirimu. "Tapi, aku mencintainya." Kau selalu mengatakannya, berulang-ulang kali di depanku. Seakan tak peduli bahwa ia tidak hanya menyiksa jiwamu, tetapi juga tubuh indahmu. Oh, demi Tuhan, apa yang kau cari dari laki-laki seperti itu? Laki-laki yang kerap memaki-makimu hingga lupa diri, sebelum akhirnya meninggalkanmu tanda biru di tangan dan kaki. Laki-laki yang bukannya mendukungmu untuk menggapai mimpi dan berkembang, tetapi s