Hujan (part 2)
"Badai.. Badai.. Cepat masuk dan berlindung!" dan aku tak mengindahkannya. "Apa yang kelak akan kau terima, yang kiranya sepadan dengan segala kebodohan yang kau lakukan kini, wahai makhluk penantang badai?" dan aku tetap berdiri kokoh menantikan getirnya. "Jangan terlalu naif, wahai makhluk yang terlalu percaya pada rintik-rintik tangisan langit! Kini, esok, atau seratus tahun dari sekarang surga nya tak akan pernah menjadi surga mu!" dan bodohnya aku masih percaya akan bahagia. Tulisan ini ditujukan kepada hujan, yang tak hanya membasahi tanah penuh humas, atau menyuburkan bunga-bunga indah di atas bumiku, tetapi juga membuatnya tergenang air, dan membuat tebing-tebing pertahananku longsor, Tulisan ini ditujukan kepada hujan, yang terlihat sangat ramah dan mampu kurengkuh, tetapi kontra dengan realita yang adalah sebaliknya Karena ketika badai itu datang, aku benar-benar mati. Aku tak bisa membedakan